Showing posts with label My Thought. Show all posts
Showing posts with label My Thought. Show all posts

Tuesday, March 7, 2017

Berkaca dari film "You are the apple of my eye"

Aku teringat sebuah film yang begitu menyentuh. Sebagian besar dari kalian juga pasti pernah menonton film tersebut. Sebuah film mandarin yang berjudul "you are the apple of my eye." Menceritakan hubungan sepasang remaja mulai dari masa sekolah sampai mereka beranjak dewasa. Bagaimana mereka mulai dekat satu sama lain dan bersama menjalin cinta, hingga akhirnya harus terpisah juga. Bagi yang mengharapkan sebuah akhir cerita bak dongeng dimana tuan putri dan sang pangeran akan bersatu dan hidup bahagia selamanya, tentunya tidak akan didapatkan pada film ini.

Sumber: https://helsaputraab.files.wordpress.com/2014/09/wpid-501916d9be153.jpg

Bukan untuk mereview film yang menjadi tujuan utama tulisan ini. Namun hal yang menarik bagiku adalah kisah hidup yang dapat ditangkap didalamnya. Cerita keseharian yang begitu dekat dengan kita yang pernah memiliki hubungan asmara. Mengingatkan kita bagaimana indahnya merasakan jatuh cinta. Hadirnya penyemangat yang menjadi motivasi untuk belajar demi hidup yang lebih baik. Atau bahkan sesekali melakukan kenakalan kecil hanya untuk dinikmati berdua. Saling berbagi contekan atau mencari-cari alasan agar bisa pulang telat dan ngelayapan berdua misalnya. Begitulah kira-kira indahnya cerita cinta pada masa muda yang sangat pas digambarkan di film ini.

Namun ketika sepasang pria dan wanita mulai beranjak dewasa, cinta bukanlah sesuatu yang mudah untuk dipertahankan. Lebih dari sekedar untuk bisa bersama, banyak hal lain yang menjadi prioritas dan mau tidak mau harus dipikirkan. Langkah-langkah dalam menyambut masa depan yang harus dipersiapkan matang-matang. Kapan lulus kuliah? Kapan dapat kerja? Kapan hidup mapan? Kapan akan menikah? Kapan punya rumah? Dan seribu pertanyaan kapan lainnya pasti selalu meneror dua orang dewasa yang sudah waktunya untuk menetapkan pilihan.

Biasanya permasalahan utama terdapat pada pria yang kelak akan menjadi penopang rumah tangga. Hal-hal semacam ini sudah menjadi kewajiban yang harus dipertanggung jawabkan dalam menjalin sebuah hubungan yang serius. Masalahnya semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk dipersiapkan dengan matang. Belum lagi waktu yang terus mendesak karena faktor umur yang semakin bertambah. Sedangkan belum ada jaminan yang bisa dijadikan pegangan untuk masa depan. Dalam hal ini biasanya selalu ada orang yang mengatakan bahwa rezeki itu datangnya dari Tuhan. Namun tetap saja butuh keberanian besar dan kenekatan untuk bertanggung jawab terhadap kehidupan calon pasangan dan anak yang akan dibesarkan. Akan bahagiakah mereka? Sudah cukup dewasa kah kita?

Di lain sisi aku juga cukup memahami bagaimana posisi seorang wanita. Hanya bisa menunggu kapan si pria mampu meminangnya dan membawanya hidup bersama. Dan aku juga tahu bahwa menunggu itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Namun apalagi yang bisa dilakukan seorang wanita selain menunggu? Belum lagi stereotipe masyarakat yang menganggap bahwa bagi seorang wanita yang telat menikah adalah sesuatu keadaan yang sangat menakutkan. Ketika tidak ada pilihan lain persis seperti yang dikisahkan pada film ini, sosok wanita akhirnya melabuhkan hatinya pada pria lain yang lebih siap karena terlalu lelah menunggu kepastian.

Tentunya bukan hanya aku yang tidak senang karena dua tokoh utama dalam film ini tidak berujung bersama. Andai saja sang wanita bisa sedikit bersabar dalam menghadapi ketidakdewasaan si pria. Ataupun andai saja si pria mau sedikit lebih berusaha untuk lebih cepat memberikan kepastian kepada si wanita yang sudah lama menunggunya. Pasti mereka akan dapat hidup bersama dan bahagia. Namun ya begini lah kisah hidup yang sebenarnya. Tidak selamanya apa yang kita harapkan akan menjadi nyata.

Kesimpulanku sebagai pria, bukannya tidak mau berusaha atau terlalu telat dewasa. Hanya saja aku memegang teguh prinsip bahwa sesuatu itu apabila memang tidak mampu ya tidak baik untuk dipaksakan. Bukankah yang terpenting adalah kebahagiaan? Belum tentu tidak bersamanya hidup kita menjadi tidak bahagia. Dan belum tentu juga di masa depan apabila kita bersamanya kita akan bahagia. Yang terpenting itu keikhlasan dalam menerima kelemahan dan rela melepaskan. Hingga akhirnya yang bisa kita lakukan hanyalah tersenyum ketika melihat dia bahagia. Meskipun bukan kita yang membahagiakannya.
Share: