Showing posts with label My Life. Show all posts
Showing posts with label My Life. Show all posts

Tuesday, July 24, 2018

Hanya Cerita Kecil dari Hidupku (Part 1)


Aku adalah orang yang tidak mudah untuk bertahan dengan satu hal yang sifatnya sama dan dilakukan berulang-ulang. Singkatnya, aku ini merupakan orang yang mudah bosan. Hal ini menyebabkan aku sulit untuk memfokuskan diriku pada satu hal saja karena memiliki kegemaran yang berubah-ubah setiap harinya. Sesekali aku suka menggambar, sesekali suka bermusik, kadang suka jalan-jalan, kadang suka bermalas-malasan, kadang suka nongkrong tidak karuan, pernah suka membaca dan sampai pada hobi baruku ini. Ya, akhir-akhir ini aku sedang gemar menulis. Untuk memenuhi hobiku yang sesaat ini, maka hadirlah blog ini. Dan dapat dipastikan juga, keinginanku untuk mengisi blog ini hanya muncul sesekali juga.
Untuk mengisi waktu luang sambil mengerjakan penelitian tesis magisterku, aku mengisi blog ini dengan tulisan-tulisan yang tidak penting. Aku tulis segala hal yang muncul dalam fikiranku dan ini menjadi hiburan tersendiri bagiku. Namun ketika sedang ingin menulis, terkadang ide tidak muncul begitu saja. Sulit bagiku untuk mencari hal-hal menarik yang bisa aku tuangkan menjadi tulisan yang menurutku layak untuk di-posting pada blog ini. Karena tidak menemukan ide, mengapa tidak aku tuliskan saja perjalanan hidupku sedari kecil sampai aku berumur lebih dari seperempat abad ini. Kisah-kisah yang tidak perlu bagiku untuk berfikir keras dalam menulisnya. Sekedar mengingat-ingat tentang apa yang pernah aku lalui dan mungkin suatu saat bisa aku baca-baca lagi sebagai pembangkit kenangan yang pernah aku lewati.
Aku lahir di sebuah kampung kecil di kabupaten Aceh Selatan, kampung Silolo namanya. Kampung itu adalah kampung halaman kakekku, ayah dari ibuku. Keluarga mereka tinggal dalam sebuah lingkungan di dalam kampung itu. Sehingga dapat dipastikan antar tetangga masih memiliki hubungan darah dan silsilah keluarga yang erat tali persaudaraannya. Berbeda dengan ibuku yang memang besar di kampung itu, dapat dikatakan aku hanya numpang lahir saja. Karena pada umur 2 bulan setelah kelahiranku, aku dibawa ke kota Banda Aceh, sebuah kota yang menjadi saksi hidup masa kecilku.
Saat aku kecil, tepatnya pada tahun 90-an, aku bersama ibu dan ayah tinggal di sebuah komplek yang di dominasi oleh mahasiswa. Komplek ini terletak di daerah Rukoh yang bernama Komplek Hasan. Setahuku tanah komplek ini sebagian besar adalah kepunyaan orang yang bernama Hasan ini dan dia membangun gubuk-gubuk kecil untuk disewakan kepada mahasiswa yang kuliah di Unsyiah dan UIN yang berada di sekitar komplek ini.Diantara gubuk-gubuk ini salah satunya merupakan rumahku, yang disewa oleh ibuku semenjak dia kuliah hingga akhirnya dia menikah dengan ayahku yang saat itu adalah seorang PNS di kantor BPS Provinsi Aceh. Sementara itu, ibuku hanya ibu rumah tangga dan membuka warung kecil-kecilan untuk memenuhi kebutuhan hidup mahasiswa di lingkungan komplek itu.
Di Banda Aceh, aku bersekolah di TK FKIP dan SDN 69 yang tidak begitu jauh dari rumahku. Aku senang hidup disini karena terasa seperti tanah kelahiranku sendiri, punya banyak teman dan hampir semua orang di lingkungan ini mengenaliku dan keluargaku. Teringat jelas pada saat aku kecil, ibuku selalu mengantarku ke sekolah dengan sepedanya yang memiliki keranjang di depannya, sementara aku duduk di belakang. DItengah perjalanan menuju sekolah kami selalu berhenti di warung kopi sekitar untuk membeli kue-kue kering sebagai bekal untuk aku makan pada jam istirahat di sekolah. Setiap pulang sekolah, aku selalu menunggu ibu menjemputku lagi dengan sepedanya di halaman sekolah. Sungguh merupakan masa-masa kecil yang sangat indah untuk aku kenang.
Namun, keindahan ini tidak bertahan lama. Semenjak ibuku diterima sebagai PNS dan ditempatkan sebagai guru di suatu daerah bernama Subulussalam, semua berubah. Apanya yang berubah? akan kuceritakan di postinganku selanjutnya.
Share:

Saturday, August 12, 2017

Lubang Harapan

Source: http://wallpapercave.com/wp/9ugaZUi.jpg

Sekarang hatiku mudah berbolak-balik.
Anehnya kali ini aku berubah seperti bukan diriku.
Padahal sejak dulu aku bukan orang yang terlalu mengkhawatirkan masa depan.
Mengapa aku harus takut kehilangan sesuatu yang memang belum aku dapatkan.

Aku lelah memikirkan semua rencana yang sepertinya hanya angan-angan belaka.
Aku bosan mengucapkan janji-janji yang aku sendiri tidak memiliki cara untuk menepatinya.
Aku hanya takut kehilanganmu, sementara aku mulai kehilangan diriku.
Semua ini terlalu memaksa dan mulai merubah diriku.

Haruskah aku mundurkan langkah kaki ini?
Melepasmu seperti kupu-kupu yang indah cukup dengan melihatnya terbang tanpa harus dimiliki.
Atau kembali seperti yang awalnya hanya orang asing dan berakhir menjadi orang yang asing pula.

Sebenarnya aku benci harus menjadi orang yang terlalu memaksakan kehendak.
Karena untuk mengejarmu, langkahku harus cepat, pandanganku harus tegap.
Sementara aku tidak tahu harus kemana berpijak dan nafasku mulai terasa sesak.
Aku takut terjatuh ke dalam lubang harapan dan mati perlahan di dalamnya.
Share:

Perencana Terbaik

Source: https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/originals/f2/26/9f/f2269fbae240d9d57d3cf1840854f90e.jpg

Kini cukup bagiku Kamu, hidupku, matiku.
Aku pasrahkan kemana arah jalanku.
Tapi tolong, jangan biarkan setan di sudut ruangan ini tersenyum.
Akan aku susun ulang sayap-sayap malaikat yang hancur karena diriku.
Teruntuk Kamu wahai perencana terbaik, aku nantikan akhir kisah yang telah Kau tetapkan.
Share:

Koma ( , )

Source: http://hdqwalls.com/wallpapers/stars-sky-po.jpg

Aku terdampar di pulau antah berantah, tak tahu arah.
Pada suatu tempat untuk menengadah.
Aku hanya menghitung bintang.
Dengan harapan seseorang menjemput aku pulang.
Share:

Thursday, March 16, 2017

Aku TIdak Normal (Part 2)



Sebelum baca yang ini, baca Aku Tidak Normal (Part 1) dulu yaa, biar nyambung gitu.

Katanya ketika seseorang sulit tidur itu namanya insomnia. Aku juga tidak terlalu mengerti insomnia itu seperti apa. Kalau kata alodokter.com sih, "Insomnia adalah kondisi saat seseorang mengalami kesulitan untuk tidur atau tidak bisa tidur cukup lama sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tubuh meski dia memiliki kesempatan untuk melakukannya. " Nah, masalahnya aku tidak yakin kalau aku ini pengidap insomnia, mana tau aku memang tak ada niat untuk tidur aja. Aku bisa kok tidur, cuma waktu tidurnya saja yang berbeda. Selanjutnya orang juga bilang kalau sulit tidur itu tanda-tanda seseorang mengidap depresi. Apa aku sedang depresi? Aku juga tidak tahu. Kalaupun benar aku mengidap insomnia atau depresi, sepertinya belum perlu bagiku untuk menemui dokter atau psikiater untuk menanyakan kondisiku. Hidupku masih baik-baik saja seperti ini. Biarpun ada seorang teman yang selalu saja bilang kalau aku ini sudah gila, entah lah. Mungkin dia benar. Mana ada orang gila yang tahu kalau dia sudah gila.

Pernah sesekali aku coba tidur cepat. Ketika sudah jam 10 malam aku matikan lampu kamar dan aku jauhkan handphone-ku, aku paksa mataku tertutup. Mataku memang tertutup, tapi cuma sesaat terus terbuka lagi. Dan akhirnya tidak berujung tidur, aku tetap tidak bisa. Karena bosan aku malah keluar telat, nongkrong jam 1 malam dan baru pulang pastinya menjelang subuh. Setelah itu aku baru bisa tertidur. Karena alasan itu sepertinya berat badanku terus bertambah dan mukaku terus membengkak. Bisa dipastikan cita-citaku untuk bisa setampan Vino G. Bastian atau Reza Rahardian gagal total.

Lantas ketika orang sudah terlelap jangan kira kita tak bisa berbuat apa-apa. Banyak hal yang dapat dilakukan ketika tidak bisa tidur. Paling sering memang nongkrong di warung kopi sampai pagi, tapi kalau dirumah? Biasanya ini yang aku lakukan:

Menggambar

Iya, tentu aku suka menggambar. Kalau bukan karena suka menggambar mungkin aku tidak kuliah di jurusan arsitektur. Heningnya malam biasanya memberikanku kenyamanan dalam meggores pena atau menggeser-geser mouse laptop. Dan dengan begitu tidak terasa waktu pun berlalu. Aku suka menggambar baik itu manual maupun digital. Banyak gambar yang aku hasilkan di malam hari, tetapi tidak pernah di siang hari. Tetapi entah mengapa aku tidak pernah menggambar sesuatu yang berhubungan dengan arsitektur. Menurutku yang seperti itu sama aja dengan bekerja. Aku suka gambar-gambar santai seperti ini:









Bermusik

Bermusik yang aku maksud baik itu mendengarkan musik, memainkan alat musik, atau menciptakan musik. Semuanya aku suka. Biasanya aku sering mendengarkan musik-musik yang cocok dengan apa yang aku rasakan pada malam itu. Terutama musik-musik hip hop nan galaunya Leessang, seperti yang pernah aku bahas sebelumnya disini. Aku juga suka memainkan alat musik terutama gitar, karena memang cuma itu yang aku bisa. Kalau bikin musik biasanya aku menggunakan aplikasi fl studio, untuk sementara belum ada yang bisa aku tunjukin, belum ada yang selesai karena masih proses belajar. Kalau lagu-lagu yang aku ciptain ada nih beberapa, silakan kalau mau dengar:



Membaca

Jangan kira yang aku baca adalah buku-buku pelajaran yang serius sejenis buku arsitektur atau perencanaan. Aku tidak suka itu, aku takut ngantuk, kan dari tadi kita ceritanya biar ada kerjaan kalau tidak tidur. Aku suka baca novel atau tulisan mengenai hal-hal lain yang sifatnya tidak begitu penting. Dengan adanya jaringan internet banyak hal yang bisa aku baca, misalnya cerita-cerita sampingan dari superhero marvel dan DC atau anime yang ada di duniaku.net, sering juga baca hipwee buat jadi bahan galau atau motivasi, terus banyak juga hal-hal menarik dan tidak penting yang bisa dibaca lewat kaskus. Pokoknya banyak deh bahan bacaanku di malam hari.

Menulis

Sejak dulu aku juga suka menulis. Tetapi baru kali ini tulisan-tulisan ini aku muat diblog. Banyak puisi-puisi yang aku tulis sejak dulu, tetapi semuanya hilang. Yang ada di blog ini hanya yang pernah tersimpan saja. Kalau mau baca puisi- puisiku disini aja, kalau cerpen disini dan kalau cerita tidak penting mengenai hidupku disini ya. hehe

Menonton

Dari kecil aku suka nonton. Dulu sebelum ada internet dan laptop, aku biasanya selalu menonton tv. Sehabis pulang sekolah sampai sebelum tidur di malam hari, tv selalu menemaniku di rumah. Apalagi ketika hari minggu pagi, maraton nonton kartun dari pagi sampai siang merupakan salah satu momen terbaik dalam hidupku saat itu. Mungkin hal ini tidak dirasakan lagi oleh anak-anak masa kini. Sampai saat ini ketika malam datang dan aku tidak bisa tidur, laptop dan tablet bergantian menjadi temanku. Di laptop biasanya aku menonton film-film yang aku download atau kopi dari teman, selalu saja ada stok film yang tidak pernah habis aku tonton. Bila sedang ada jaringan internet, aku juga biasa nonton youtube lewat tablet. Apasih yang tidak ada di youtube, semua hal yang aku ingin lihat ada dan itu menyenangkan. Dan karena itu juga aku sulit tidur ketika malam.

Bergalau Ria

Siapa sih yang tidak pernah galau. Aku sering. Galau tentang masa depan pastinya, bukan masa lalu. Karena menurutku yang sudah lalu biarlah berlalu, tidak perlu digalaukan hanya cukup untuk dikenang. Tentang menggalaukan masa depan memang sedang waktunya saja sepertinya, biasalah krisis pada umur 20an. Harus kerja apa, dapat duit berapa, kapan lulus kuliah, kapan nikah, pastinya semua itu sudah menjadi pertanyaan manusia umur 20an. Mungkin suatu saat nanti di pesawat penerbangan first class menuju Eropa, sambil tersenyum dalam hati aku berkata "aku pernah galau dan kini aku berhasil." Semoga itu terjadi suatu saat nanti ketika aku mengenang masa-masa menggalaukan seperti ini. Amin.

Belajar dan Mengerjakan Tugas

Kalau ini sebenarnya aku malas ngebahasnya. Pokoknya belajar dan nugas ini aku lakukan kalau sudah terpaksa dan sudah harus dikumpulkan ke dosen saja. Pada waktu lainnya, jangan harap.

Kesimpulannya, aku memang tidak normal. Hidupku jelas berbeda dengan kehidupan orang lain. Namun dengan perbedaan ini banyak hal yang bisa aku lakukan dan ciptakan, semua karya dan hal-hal yang berbeda dengan yang dilalui orang lain. Jadi aku tidak pernah menyesal. Ketidaknormalan ini yang membuat hidupku terasa spesial. Kecuali kalau suatu saat aku beneran depresi dan gila, itu baru lain cerita.

Mungkin sekian dulu cerita tentang aku. Kelak akan kita lanjutkan lagi pada postingan selanjutnya. Bye :)



Share:

Aku Tidak Normal (Part 1)



Mataku terbuka. Aku lihat jam di layar handphone sudah menunjukkan pukul 15:43 sore. Selain icon baterai yang sudah lowbat, juga muncul icon panggilan tak terjawab dan icon pesan masuk dari akun blackberry messengerku. Aku buka pesan tersebut. Ternyata dari salah satu temanku yang bertuliskan:
"Ded, lagi dimana? Udah bangun?"
"Ini baru aja bangun Haha... Ada apa?" jawabku.
Setelah menunggu beberapa lama tak kunjung ada balasannya. Mungkin sudah tak penting lagi jawabanku, karena pesan ini aku lihat dikirim pada pukul 10:15 pagi tadi. Berarti dia sudah menunggu balasku selama 5 jam lamanya. Iya, aku yang salah.

Aku bangkit dari tempat tidur dan melangkah menuju cermin yang ada di kamarku. Sudah menjadi kebiasaan untuk memperhatikan wajah dan tubuhku terlebih dahulu setiap baru bangun tidur. "Wajah semakin bengkak dan badan semakin gendut, kapan ya aku jadi ganteng," sudah setiap hari hal ini menjadi keluhku. Terkadang aku berharap suatu hari ketika aku baru bangun tidur dan memandang cermin, ketampananku bisa selevel dengan Vino G. Bastian atau Reza Rahardian, tapi tentu saja tidak mungkin. Hatiku terluka. Setelah puas melihat wajah dan tubuh yang tidak jelas bentuknya ini, aku melangkah lagi mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi. Setelah menutup pintu, aku langsung memulai konser yang sedari tadi sudah ditunggu oleh para penggemar setiaku (gayung, sabun, sikat gigi dan ubin kamar mandi). Sehingga terobatilah luka di hatiku.

Setelah selesai konser, aku keluar dan mulai bersiap-siap. Memakai celana dan baju secukupnya, juga sedikit wewangian tentunya. Aku pun melanjutkan rutinitas pentingku di setiap sore hari. Ya, ke warung kopi untuk mencari segelas caffeine agar diasup tubuh dan dialiri keseluruh peredaran darahku. Makan boleh jarang, tapi ngopi jangan. Itu prinsipku.

Aku hidupkan mesin motor dan memulai pergerakan menuju warung kopi langgananku. Saat itu kira-kira sudah pukul 5 sore. Di sepanjang jalan, aku perhatikan orang-orang disekelilingku yang tampak sangat berbeda denganku. Mengapa pada jam-jam seperti ini mereka bergerak pulang menuju rumah masing-masing, sedangkan aku baru saja beranjak dari rumah. Mengapa aku ngopi di sore hari dan mereka ngopi di pagi hari. Mengapa waktu tidurku menjadi jam-jam produktif bagi mereka. Mengapa saat malam tiba, mereka terlelap dan aku masih terjaga. Terlalu banyak pertanyaan, terlalu banyak perbedaan antara hidupku dan hidup mereka. Wajar saja pesan dari temanku tidak terbaca. Wajar saja aku membalas pesannya 5 jam sesudahnya. Hal ini membuat aku tersadar kalau aku tidak normal, ada yang salah dengan hidupku.

Sesampainya di warung kopi aku tulis yang menjadi kegundahanku di perjalan tadi, tulisan yang menjadi bacaanmu saat ini. Sambil menulis aku mengingat-ingat sejak kapan hidupku menjadi terbalik seperti ini. Sejak kapan aku hidup di malam hari dan tidur di pagi hari. Aku urut kejadian-kejadian dalam hidupku. Ketika aku kecil dulu di depan tv, setiap jam 10 malam ibu selalu menyuruhku masuk ke kamar untuk tidur. Ketika SMA saat di asrama sekolah, walaupun tidak ada ibu disitu, saat malam aku tetap tidur walaupun sedikit larut. Anehnya aku tetap bisa terbangun di pagi hari. Hingga aku baru menemukan jawaban ketika cerita hidupku sudah sampai pada masa kuliah, saat itulah hidupku berubah.

Pada masa-masa kuliah, telat tidur itu sudah biasa. Aku juga berkenalan dengan yang namanya kopi. Aku ini adalah mantan mahasiswa arsitektur, jadi biasa jarang tidur. Pagi sampai siang aku masuk kelas, selesai kelas nongkrong di kantin, setelah itu juga biasanya tidak langsung pulang, bisa jadi jalan-jalan dulu bareng pacar. Uups, mantan pacar maksudnya. Sehingga waktu malam hari ku habis dengan tugas-tugas yang sayangnya tidak pernah ada habisnya. Gambar kerja, maket, laporan dan tugas-tugas lainnya selalu menjadi teman ngobrolku sampai tengah malam, kalau obrolannya lagi asik ya sampai pagi. Belum lagi kalau sedang tidak ada tugas, jadwal nongkrong sambil ngopi bersama teman jadi penggantinya. Terus tidurnya kapan? itu yang masih menjadi misteri. Mungkin hal ini yang menjadi latar belakang perubahan dalam hidupku.

Sampai aku lulus kuliah dan bekerja, hidupku tetap seperti ini dan tidak pernah berubah. Karena telat bangun aku jadi sering telat ngantor. Sampai di kantor aku juga tidak bersemangat untuk bekerja karena ngantuk. Bahkan karena ingin tidur saja di rumah aku jadi sering bolos kerja (lagian kalau pun tetap datang, karena sudah terlalu telat jadi malu rasanya memperlihatkan wajahku). Tapi anehnya ketika malam tiba, ngantuk itu sirna dan aku jadi terlalu bersemangat sampai pagi. Pas udah pagi akhirnya ngantuk lagi, selalu saja begitu. Aku jadi sering berfikir kenapa waktu kerja di kantor itu tidak diganti malam saja, sedangkan pagi sampai siang pegawainya tidur semua. Kalau saja bisa seperti itu mungkin aku sudah jadi pegawai teladan dan hidupku akan sangat bahagia.

Aku jadi tidak betah bekerja. Tidak ada pekerjaan yang sesuai dan mampu memenuhi gaya hidupku. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berhenti dan melanjutkan studiku di Yogyakarta. Mungkin mengganti suasana dengan kegiatan dan tempat yang baru dapat merubah hidupku, begitu fikirku. Ternyata setelah menjadi mahasiswa S2 tetap tidak ada bedanya. Aku sering tidak masuk kelas pagi karena ketiduran. Setiap malam aku selalu begadang, apalagi di tempat tinggalku ada jaringan internetnya, jadi ada alasan buat tidak tidur. Lengkap lah sudah kekacauanku, aku gagal merubah hidup. Untung saja hal ini tidak sampai membuat studiku berantakan, karena masih ada teman-teman yang baik dan pengertian, jadi bisa minta bantuin nitip absen. Kuliah magister yang tidak seketat S1 membuat aku jadi orang yang beruntung.

Masih lanjut nih, ke Aku Tidak Normal (Part 2) ya..
Share:

Monday, March 6, 2017

Kopi dan Haru

Seperti biasa aku selalu menikmati kopi sendiri di warkop ini, warkop transit namanya. Waktu berlalu tidak terlalu lama semenjak kedatanganku. Bahkan kopi ini baru ku hirup belum sampai seperempat cangkirnya. Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi lirih. Pertanda ada pesan yang masuk. Tidak biasa rasanya seseorang menghubungiku lewat sms, karena sudah banyak alternatif lain untuk mengirim pesan. Dengan sosial media dan internet yang berbiaya gratis tentunya.

Aku sentuh logo pesan di hp-ku dan terlihat satu pesan dari "mamak". Ya, itu panggilan yang sedari kecil sampai sekarang aku gunakan untuk memanggil ibuku. Wajar beliau mengirim pesan lewat sms, karena dunia sudah terlalu maju baginya. Internet dan segala hal yang berhubungan dengannya sudah menjadi sesuatu yang asing. Bisa dikatakan telepon genggamnya masih seangakatan dengan nokia 3310 yang masyhur itu.

Aku buka pesannya. Rangkaian tulisan pada pesannya tersusun sebagai berikut, "Mama ada kirim uang, coba di cek. Mudah-mudahan peluang rezeki dan masa depan anak mama selalu terbuka. Kejar terus karir dan cita-cita sayang nak. Manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jangan lupa bermohon kepada Allah setiap waktu sayang." Sungguh aku sangat bahagia. Bukan karena kiriman uangnya (ini bohong sih), tetapi lebih karena do'a yang selalu terucap dari bibirnya yang tak pernah lelah untuk dia panjatkan bagiku dan kedua adikku. Aku begitu bersyukur memiliki ibu seperti beliau. Apabila aku mempercayai adanya reinkarnasi, aku akan tetap memilih dia menjadi ibuku dibandingkan seorang Victoria Beckham ataupun Angelina Jolie sekalipun. Namun aku seorang muslim, dan reinkarnasi itu tidak ada dalan agamaku.

Setelah membaca pesannya, ini balasanku, "Amin, terimakasih mamak selalu doain Deddy, semoga tercapai apa yg kita minta dan cita-citakan.. semoga Mamak selalu sehat disana.. Amin Amin.." Jarang bagiku untuk mengirim pesan seserius ini, karena canggung rasanya. Tetapi entah mengapa pesan ini terkirim juga. Mungkin aku sedang sensitif karena lagi kehabisan uang atau PMS. Oh sejenak aku lupa kalau aku seorang laki-laki. Maafkan.

Tidak begitu lama setelah itu, hp-ku pun berdering lagi. Masih dari ibuku yang membalas pesanku. Katanya, "Setiap saat sayang, ketiga anak mama selalu dalam doa mama sayang nak." Mataku mulai berkaca-kaca. Aku tahan sekuat tenaga agar tidak hujan dipipiku. Tidak mungkin aku meneteskan air mata didepan orang-orang yang tidak mengenalku di warkop ini. Pasti aneh dan malu rasanya. Aku sudahi percakapan via sms dengan ibuku, aku tidak mau suasasa menjadi semakin kelabu. Aku memutuskan tidak membalas smsnya lagi untuk hari ini.  Dan tidak aku tidak menyangka sore ini kopi pahitku bercampur dengan rasa haru.
Share: