Monday, March 6, 2017

Kopi dan Haru

Seperti biasa aku selalu menikmati kopi sendiri di warkop ini, warkop transit namanya. Waktu berlalu tidak terlalu lama semenjak kedatanganku. Bahkan kopi ini baru ku hirup belum sampai seperempat cangkirnya. Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi lirih. Pertanda ada pesan yang masuk. Tidak biasa rasanya seseorang menghubungiku lewat sms, karena sudah banyak alternatif lain untuk mengirim pesan. Dengan sosial media dan internet yang berbiaya gratis tentunya.

Aku sentuh logo pesan di hp-ku dan terlihat satu pesan dari "mamak". Ya, itu panggilan yang sedari kecil sampai sekarang aku gunakan untuk memanggil ibuku. Wajar beliau mengirim pesan lewat sms, karena dunia sudah terlalu maju baginya. Internet dan segala hal yang berhubungan dengannya sudah menjadi sesuatu yang asing. Bisa dikatakan telepon genggamnya masih seangakatan dengan nokia 3310 yang masyhur itu.

Aku buka pesannya. Rangkaian tulisan pada pesannya tersusun sebagai berikut, "Mama ada kirim uang, coba di cek. Mudah-mudahan peluang rezeki dan masa depan anak mama selalu terbuka. Kejar terus karir dan cita-cita sayang nak. Manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jangan lupa bermohon kepada Allah setiap waktu sayang." Sungguh aku sangat bahagia. Bukan karena kiriman uangnya (ini bohong sih), tetapi lebih karena do'a yang selalu terucap dari bibirnya yang tak pernah lelah untuk dia panjatkan bagiku dan kedua adikku. Aku begitu bersyukur memiliki ibu seperti beliau. Apabila aku mempercayai adanya reinkarnasi, aku akan tetap memilih dia menjadi ibuku dibandingkan seorang Victoria Beckham ataupun Angelina Jolie sekalipun. Namun aku seorang muslim, dan reinkarnasi itu tidak ada dalan agamaku.

Setelah membaca pesannya, ini balasanku, "Amin, terimakasih mamak selalu doain Deddy, semoga tercapai apa yg kita minta dan cita-citakan.. semoga Mamak selalu sehat disana.. Amin Amin.." Jarang bagiku untuk mengirim pesan seserius ini, karena canggung rasanya. Tetapi entah mengapa pesan ini terkirim juga. Mungkin aku sedang sensitif karena lagi kehabisan uang atau PMS. Oh sejenak aku lupa kalau aku seorang laki-laki. Maafkan.

Tidak begitu lama setelah itu, hp-ku pun berdering lagi. Masih dari ibuku yang membalas pesanku. Katanya, "Setiap saat sayang, ketiga anak mama selalu dalam doa mama sayang nak." Mataku mulai berkaca-kaca. Aku tahan sekuat tenaga agar tidak hujan dipipiku. Tidak mungkin aku meneteskan air mata didepan orang-orang yang tidak mengenalku di warkop ini. Pasti aneh dan malu rasanya. Aku sudahi percakapan via sms dengan ibuku, aku tidak mau suasasa menjadi semakin kelabu. Aku memutuskan tidak membalas smsnya lagi untuk hari ini.  Dan tidak aku tidak menyangka sore ini kopi pahitku bercampur dengan rasa haru.
Share:

0 komentar:

Post a Comment