Thursday, March 16, 2017

Aku Tidak Normal (Part 1)



Mataku terbuka. Aku lihat jam di layar handphone sudah menunjukkan pukul 15:43 sore. Selain icon baterai yang sudah lowbat, juga muncul icon panggilan tak terjawab dan icon pesan masuk dari akun blackberry messengerku. Aku buka pesan tersebut. Ternyata dari salah satu temanku yang bertuliskan:
"Ded, lagi dimana? Udah bangun?"
"Ini baru aja bangun Haha... Ada apa?" jawabku.
Setelah menunggu beberapa lama tak kunjung ada balasannya. Mungkin sudah tak penting lagi jawabanku, karena pesan ini aku lihat dikirim pada pukul 10:15 pagi tadi. Berarti dia sudah menunggu balasku selama 5 jam lamanya. Iya, aku yang salah.

Aku bangkit dari tempat tidur dan melangkah menuju cermin yang ada di kamarku. Sudah menjadi kebiasaan untuk memperhatikan wajah dan tubuhku terlebih dahulu setiap baru bangun tidur. "Wajah semakin bengkak dan badan semakin gendut, kapan ya aku jadi ganteng," sudah setiap hari hal ini menjadi keluhku. Terkadang aku berharap suatu hari ketika aku baru bangun tidur dan memandang cermin, ketampananku bisa selevel dengan Vino G. Bastian atau Reza Rahardian, tapi tentu saja tidak mungkin. Hatiku terluka. Setelah puas melihat wajah dan tubuh yang tidak jelas bentuknya ini, aku melangkah lagi mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi. Setelah menutup pintu, aku langsung memulai konser yang sedari tadi sudah ditunggu oleh para penggemar setiaku (gayung, sabun, sikat gigi dan ubin kamar mandi). Sehingga terobatilah luka di hatiku.

Setelah selesai konser, aku keluar dan mulai bersiap-siap. Memakai celana dan baju secukupnya, juga sedikit wewangian tentunya. Aku pun melanjutkan rutinitas pentingku di setiap sore hari. Ya, ke warung kopi untuk mencari segelas caffeine agar diasup tubuh dan dialiri keseluruh peredaran darahku. Makan boleh jarang, tapi ngopi jangan. Itu prinsipku.

Aku hidupkan mesin motor dan memulai pergerakan menuju warung kopi langgananku. Saat itu kira-kira sudah pukul 5 sore. Di sepanjang jalan, aku perhatikan orang-orang disekelilingku yang tampak sangat berbeda denganku. Mengapa pada jam-jam seperti ini mereka bergerak pulang menuju rumah masing-masing, sedangkan aku baru saja beranjak dari rumah. Mengapa aku ngopi di sore hari dan mereka ngopi di pagi hari. Mengapa waktu tidurku menjadi jam-jam produktif bagi mereka. Mengapa saat malam tiba, mereka terlelap dan aku masih terjaga. Terlalu banyak pertanyaan, terlalu banyak perbedaan antara hidupku dan hidup mereka. Wajar saja pesan dari temanku tidak terbaca. Wajar saja aku membalas pesannya 5 jam sesudahnya. Hal ini membuat aku tersadar kalau aku tidak normal, ada yang salah dengan hidupku.

Sesampainya di warung kopi aku tulis yang menjadi kegundahanku di perjalan tadi, tulisan yang menjadi bacaanmu saat ini. Sambil menulis aku mengingat-ingat sejak kapan hidupku menjadi terbalik seperti ini. Sejak kapan aku hidup di malam hari dan tidur di pagi hari. Aku urut kejadian-kejadian dalam hidupku. Ketika aku kecil dulu di depan tv, setiap jam 10 malam ibu selalu menyuruhku masuk ke kamar untuk tidur. Ketika SMA saat di asrama sekolah, walaupun tidak ada ibu disitu, saat malam aku tetap tidur walaupun sedikit larut. Anehnya aku tetap bisa terbangun di pagi hari. Hingga aku baru menemukan jawaban ketika cerita hidupku sudah sampai pada masa kuliah, saat itulah hidupku berubah.

Pada masa-masa kuliah, telat tidur itu sudah biasa. Aku juga berkenalan dengan yang namanya kopi. Aku ini adalah mantan mahasiswa arsitektur, jadi biasa jarang tidur. Pagi sampai siang aku masuk kelas, selesai kelas nongkrong di kantin, setelah itu juga biasanya tidak langsung pulang, bisa jadi jalan-jalan dulu bareng pacar. Uups, mantan pacar maksudnya. Sehingga waktu malam hari ku habis dengan tugas-tugas yang sayangnya tidak pernah ada habisnya. Gambar kerja, maket, laporan dan tugas-tugas lainnya selalu menjadi teman ngobrolku sampai tengah malam, kalau obrolannya lagi asik ya sampai pagi. Belum lagi kalau sedang tidak ada tugas, jadwal nongkrong sambil ngopi bersama teman jadi penggantinya. Terus tidurnya kapan? itu yang masih menjadi misteri. Mungkin hal ini yang menjadi latar belakang perubahan dalam hidupku.

Sampai aku lulus kuliah dan bekerja, hidupku tetap seperti ini dan tidak pernah berubah. Karena telat bangun aku jadi sering telat ngantor. Sampai di kantor aku juga tidak bersemangat untuk bekerja karena ngantuk. Bahkan karena ingin tidur saja di rumah aku jadi sering bolos kerja (lagian kalau pun tetap datang, karena sudah terlalu telat jadi malu rasanya memperlihatkan wajahku). Tapi anehnya ketika malam tiba, ngantuk itu sirna dan aku jadi terlalu bersemangat sampai pagi. Pas udah pagi akhirnya ngantuk lagi, selalu saja begitu. Aku jadi sering berfikir kenapa waktu kerja di kantor itu tidak diganti malam saja, sedangkan pagi sampai siang pegawainya tidur semua. Kalau saja bisa seperti itu mungkin aku sudah jadi pegawai teladan dan hidupku akan sangat bahagia.

Aku jadi tidak betah bekerja. Tidak ada pekerjaan yang sesuai dan mampu memenuhi gaya hidupku. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk berhenti dan melanjutkan studiku di Yogyakarta. Mungkin mengganti suasana dengan kegiatan dan tempat yang baru dapat merubah hidupku, begitu fikirku. Ternyata setelah menjadi mahasiswa S2 tetap tidak ada bedanya. Aku sering tidak masuk kelas pagi karena ketiduran. Setiap malam aku selalu begadang, apalagi di tempat tinggalku ada jaringan internetnya, jadi ada alasan buat tidak tidur. Lengkap lah sudah kekacauanku, aku gagal merubah hidup. Untung saja hal ini tidak sampai membuat studiku berantakan, karena masih ada teman-teman yang baik dan pengertian, jadi bisa minta bantuin nitip absen. Kuliah magister yang tidak seketat S1 membuat aku jadi orang yang beruntung.

Masih lanjut nih, ke Aku Tidak Normal (Part 2) ya..
Share:

Tuesday, March 14, 2017

Akhir Yang Sempurna Untuk Ramona


Adalah sebuah ruangan dengan dinding serba putih. Furniture-furniture juga tertata dengan rapi, diantaranya terdapat sofa, buffet tv, karpet abu-abu tua dan berbagai jenis guci keramik memenuhi isi dalamnya. Menggambarkan sebuah ruang keluarga yang begitu sempurna.

Terlihat pajangan-pajangan foto pernikahan di beberapa sisi dinding dan juga tertata di atas buffet. Foto-foto tersebut tampak baru, baik itu gambarnya yang masih cerah maupun bingkainya yang tiada sedikitpun tempelan debu. Sementara di sebelah foto pernikahan terdapat sebuah jam dinding antik yang terbuat dari logam dan kayu. Bila diperhatikan maka terlihat jarum jam sedang menunjukkan tepat pukul 14:00 siang saat itu.

Suasana begitu lengang. Tidak terlihat seseorang pun sedang berada di dalam ruangan. Para penghuni sepertinya masih berada di luar rumah pada jam-jam sibuk seperti ini. Akan tetapi ditengah kesunyian, terdengarlah suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan perlahan. Seolah tidak ingin memecah keheningan. Dikunci lagi pintu itu setelah wanita ini berada di dalam. Dari wajahnya, terlihat bahwa wanita ini yang sedang bersanding dengan seorang pria tampan pada setiap foto pernikahan. Ya, wanita ini adalah Ramona dan pria yang ada pada foto pernikahan mereka tentu saja suaminya. Kebahagiaan yang terlihat dari senyum mereka di foto-foto itu seolah tiada tandingannya.

Beberapa langkah dari pintu masuk, dilepaskan sepatu kitten heels berwarna putih yang membalut kaki Ramona. Diletakkan saja di rak sepatu yang tepat berada di sampingnya. Sedangkan kelly bag yang sedari tadi tergantung di lengannya di lempar ke atas sofa sambil melanjutkan langkahnya. Ramona bukan tidak ingat kalau banyak barang berharga yang terdapat dalam tas tersebut, dia hanya tidak peduli saja. Selain handphone yang sudah diambilnya terlebih dahulu, dompet, peralatan make up dan juga beberapa berkas dari tempat kerja yang sengaja dibawa pulang olehnya tetap berada di dalam tas itu. Dengan handphone di tangan, Ramona pun berjalan melewati ruang keluarga ini dan menuju ke pintu kamar dengan santainya.

Entah apa alasan Ramona bolos dari tempat kerjanya. Padahal belum saatnya untuk dia pulang pada waktu yang secepat ini. Tidak seperti Ramona yang biasanya, rajin dan selalu senang untuk bekerja. Yang Ramona sadari, hidupnya menjadi tidak bersemangat semenjak kejadian di cafe waktu itu. Ya, cafe kecil yang mempertemukannya dengan Sandi. Seorang kekasih yang pernah meninggalkannya enam tahun silam.

* * *

Sesampainya di kamar, dibuka sweater rajut yang sebelumnya sangat pas untuk tubuh Ramona. Sweater merah ini kemudian digantungnya pada sebuah gantungan baju yang berdiri di dekat pintu kamarnya. Dibiarkan pintu kamar ini terbuka, toh pintu depan juga sudah terkunci fikirnya. Sedangkan saat ini tubuh Ramona hanya ditutupi oleh dress putih yang panjangnya selutut saja. Dibaringkan tubuhnya pada kasur yang empuk dan pandangannya menerawang ke arah luar kaca jendela. Sambil memelintir ujung bantal, Ramona menghabiskan waktu di dalam kamar yang terasa begitu nyaman baginya.


Sebelumnya Ramona mengira sudah lepas dengan sosok Sandi, buktinya dia dengan mudah jatuh ke dalam pelukan pasangannya yang sekarang hingga berlanjut ke jenjang pernikahan. Tapi entah mengapa kehidupan Ramona kini menjadi tidak tenang, kembalinya Sandi dalam hidupnya terasa begitu mengganggu fikirannya. Seperti kayu kering yang langsung terbakar dengan sedikit percik api. Begitulah ingatan Ramona terhadap Sandi yang pada awalnya layu kini tumbuh berkembang, cukup dengan satu kali pertemuan saja. Semenjak hari itu Sandi selalu hadir dalam lamunannya, mimpi-mimpinya dan apa saja yang sedang dilakukan selalu mengingatkan pada kenangan yang pernah mereka lewati bersama. Membuat Ramona mengabaikan kehadiran suami yang sebelumnya sangat dicintainya.

"Dasar, Sandi bangsat!" Begitu yang terucap dari bibirnya. Dengan kesal Ramona membangunkan tubuhnya. Sambil duduk diatas kasurnya, mata Ramona memandang ke layar handphone yang sedari tadi ada dalam genggamannya. Diputarnyalah lagu-lagu yang ada dalam playlist handphone itu. Sekedar untuk menemani kesunyian yang sedang dirasakan Ramona.

Tepat pada lagu Avril Lavigne yang berjudul when you're gone, Ramona bangkit dari tempat tidurnya. Digerakkan tubuhnya perlahan demi perlahan. Tubuh Ramona menari. Menari. Dan menari mengikuti alunan musik yang lirih ini. Ramona menari dengan hati yang bersedih. Tanpa disadari air mata Ramona menetes membasahi pipinya. Tetapi tetap tidak berhenti tariannya, malah semakin cepat Ramona menggerakan tubuhnya. Ramona mencoba mengobati hatinya yang terluka dengan tariannya.

Hingga akhirnya Ramona lelah. Terduduklah ia pada kursi yang ada di depan meja riasnya. Ramona melihat wajahnya sendiri melalui cermin, tergambar jelas wajah seorang wanita yang sedang patah hati. Diusapnya air mata yang membasahi wajahnya. Tangan Ramona kini meraba-raba meja riasnya. Diraihnya moisturizer dan alas bedak yang kemudian dioleskan ke wajahnya secara bertahap, dilapiskan pula bedak pada wajahnya yang mulus secara merata. Tak lupa dibentuk seindah mungkin bagian matanya menggunakan pensil alis dan maskara. Blush on juga ikut mewarnai wajah pucatnya. Kini dipakainya lipstik merah terang yang jarang dipakainya, kecuali pada saat-saat tertentu saja. Hingga tertutuplah wajah sedih Ramona, tetapi tidak dengan luka dihatinya. Padahal sejak kecil berhias selalu dapat membuat Ramona bahagia, namun tidak dengan hari ini sepertinya.

Dari kamar, Ramona berjalan menuju balkon yang dapat ditembus dari kamarnya. Sambil melangkah gontai hatinya terus berduka.
"Begitu terlambat kau muncul lagi dihidupku."
"Mengapa kau kembali disaat aku sudah tidak menunggumu?"
"Kini hidupku sudah terbelenggu, cincin ini sudah melingkar di jari manisku dan tak mungkin aku melepaskannya untuk kembali kepadamu."
"Sedangkan sejak melihatmu, cincin ini sudah tidak terasa berharga lagi bagiku."
"Aku sangat menginginkanmu."
Kata hati Ramona berbisik.

Sesampainya di balkon, Ramona dan riasan diwajahnya memandang setiap sudut kota yang mulai senja. Pemandangan memang begitu indah dari ketinggian lantai 13 apartemen ini. Sebentar lagi suami Ramona juga sudah waktunya untuk pulang. Tetapi Ramona tidak menghiraukan.

Setelah puas memandangi setiap sisi kota, dipanjati pagar besi balkon kamar ini. Ramona duduk di atasnya sambil mengayun-ayunkan kakinya. Angin yang menyapu wajah dan tubuhnya terasa begitu sejuk tidak seperti biasanya. Sementara itu bibirnya bersenandung lirih menyanyikan lagu yang menjadi latar saat dia menari sebelumnya. "When you're gone... The pieces of my heart are missing you. When you're gone... The face I came to know is missing too. When you're gone... All the words I need to hear to always get me through the day and make it Okay. I miss you."
Tepat diujung lirik ini, Ramona pun menutup matanya seraya melepaskan pegangan tangannya. Sambil tersenyum diberatkan tubuhnya ke udara. Hingga melayang lah Ramona menuju akhir hidupnya. Akhir hidup yang sempurna untuk Ramona.

Share:

Monday, March 13, 2017

Perubahan Dunia Dari Segi Pembangunan

Oke, kali ini kita bakal bahas hal yang sedikit serius. Sekedar bertukar informasi aja dari salah satu mata kuliah studiku yang berhubungan dengan Teori Pembangunan.
Mau tahu ga gimana sejarah perkembangan pembangunan negara-negara yang ada dunia ini?

Gini, dulu negara-negara yang udah maju lebih dulu dari kita nganggap kalau perindustrian tu cuma cocok buat dikembangin di negera mereka aja, karena teknologi-teknologi yang mereka punya udah meningkat pesat. Sedangkan negara-negara berkembang kayak kita, terutama yang punya iklim tropis dianggap cuma pas untuk bercocok tanam dan mengembangkan sektor pertanian. Terus hasil produksi barang-barang mentah yang kita punya dijual ke mereka (negara-negara maju) buat diolah jadi produk yang lebih bermanfaat.

Kalau udah gini yang rugi kita dong, ya nggak sih? Bayangin deh, kita yang punya bahan mentah, terus jual ke mereka dengan harga yang murah untuk mereka olah. Kemudian selesai diolah jadi suatu produk yang kita butuhin, malah dijual ke kita lagi dengan harga yang lebih tinggi, malah naik berkali-kali lipat harganya. Udah kita ga dapat untungnya, malah sumberdaya alam yang kita punya jadi habis. Dan mungkin gara-gara ini juga dulu negara maju makin maju, dan negara kita yang miskin makin sulit untuk berkembang.

Namun semua anggapan itu semakin berubah. Kita negara-negara berkembang sadar kalau mau bergerak maju harus mulai bikin produksi sendiri, biar mandiri dan ga rugi lagi. Nah, dari bukunya Reitsma, H. A. dan J. M. G Kleinpenning yang judulnya The Third World in Perspective dijelasin kalau perubahan pola pikir setiap negara ini sampai jadi kayak sekarang ada empat periode. Ini lebih jelasnya:

Periode Pertama (Tahun 1945-1955)


Karena pada tahun-tahun ini baru aja selesai perang dunia kedua, jadi negara-negara maju sibuk dengan menstabilkan negara mereka masing-masing. Negara-negara yang ikut perang kan banyak yang hancur tuh, jadi mereka fokus ke pembangunan dan normalisasi perekonomian negara mereka dulu. 

Dan apa kalian tau? Pada masa ini juga dunia terpecah jadi tiga bagian.
Iya tiga bagian, negara-negara bagian pertama (first world) tu negara-negara komunis yang dipimpin oleh Rusia. Pengikutnya rame, termasuk China dan Korea Utara, malah Indonesia hampir ikutan kan dulu.
Kemudian ada negara-negara bagian kedua (second world), kalau bagian ini dipimpin oleh musuh besarnya Rusia siapa lagi kalau bukan Amerika. Malah pengikutnya lebih banyak lagi lho, hampir seluruh daratan Eropa termasuk Inggris, Perancis, Belgia, Belanda dan Portugal.
Terus kita Indonesia masuk ke negara bagian mana? Nah, kita masuk ke negara-negara bagian ketiga (third world), negara-negara non-block sebutannya. Kita bareng Afrika, Vietnam, India, Pakistan dan beberapa negara kecil lainnya mengambil kebijakan buat ga ngikutin mereka. Bikin genk sendiri lah istilah gaulnya. Karena kita ga sanggup aja ikutan gaul sama yang gede-gede.

Ini nih peta pembagian tiga bagian dunia biar lebih jelas:
Terus nih, karena kita berada di kumpulan orang-orang lemah. Negara-negara bagian kedua mulai ga sopan, mereka ngeinvasi negara-negara kecil kayak kita buat diambil sumberdayanya. Mereka kan butuh banyak sumberdaya tuh buat pembangunan negara mereka yang hancur akibat perang, makanya kita yang jadi sasaran. Cuma kita belum sanggup ngelawan, kita terlalu lemah dan miskin, malah dengan dicurinya sumberdaya kita ya jadi makin miskin dong. Contohnya kayak waktu orang-orang Belanda balik lagi ke Indonesia pas Jepang menyerah, itu karena mereka belum puas buat ngambil sumberdaya alam kita.
Nih liat negara-negara kecil mana aja yang dijarah sama Amerika cs:

Periode Kedua (Tahun 1955-1965)

Pada periode ini, genknya Rusia ga bisa tinggal diam ngeliat musuhnya enak-enakan dapat sumberdaya dengan gampang dari negara-negara lemah kayak kita. Kalau gini terus-terusan mereka bisa kalah saing dong sama Amerika cs. Jadi genknya Rusia ngebiayaain kita buat ngelawan balik. Udah kayak cerita-cerita disinetron aja kan.

Maka semenjak saat itu banyak negara-negara kayak kita berperang dan merdeka, sehingga terbebas dari era kolonialisme. Contohnya kayak Revolusi Mau Mau (1952) di Kenya, peperangan Dien Bien Phu (1954) di Vietnam, perlawanan dari Indonesia (1946-1949) dan kemerdekaan India, Pakistan, Banglades dan Srilanka dari jajahan Inggris.


Revolusi Mau Mau (1952)
Perang Vietnam (1954)
Kemudian negara-negara yang baru bebas kayak kita dan teman-teman lain gabung ke PBB. Maka disitulah timbul rasa kesetiakawanan antar bangsa. Hubungan antara negara-negara kaya dan negara-negara miskin semakin membaik dan memutuskan untuk saling membantu sama lain dalam proses pembangunan dunia. Jadi saat ini seluruh dunia udah percaya diri dengan pembangunan, karena mereka saling melakukan kerjasama untuk saling menguntungkan. Ga main jajah-jajahan lagi.


Tuh kan udah salaman.

Periode Ketiga (Tahun 1965-1975)

Tapi jangan senang dulu, pada masa ini mulai timbul keraguan dan ketidakpercayaan antar bangsa-bangsa yang tergabung di PBB. Banyak negara yang ga mampu membangun negara mereka sendiri dari bantuan-bantuan yang diberikan. Jadi yang ngebantu ngerasa lelah dan sia-sia dengan bantuan-bantuan yang mereka kasih.
Salah satu penyebabnya adalah, dulu belum ada standar yang baik dalam sebuah pembangunan. Jadi negara-negara yang mau berkembang ini kebingunan, ga sanggup ngikutin cara-cara yang dicontohkan oleh negara maju. Ibarat kata anak yang baru lulus SD masak mau ngikutin ujian masuk perguruan tinggi, ya pasti gagal lah.
Terus negara-negara kecil ini juga ga bisa mandiri. Banyak mafia-mafia yang bermain di dalamnya, belum lagi pejabat-pejabatnya yang gemar korupsi sampai sekarang. Ya susah lah majunya, butuh waktu lama. Akhirnya negara-negara ini tetap miskin deh, Afrika contohnya.


Periode Keempat (Tahun 1975-1985)

Akhirnya, sampai tahun 1985 ga banyak perubahan yang berarti dari proses pembangunan di dunia ini. Malahan pada masa ini perbedaan antara negara kaya dan negara miskin semakin terasa. Negara-negara miskin yang dibantu dengan pinjaman dari negara-negara maju ga sanggup ngembaliin hutang-hutangnya, sampai bikin ekonomi jadi ga stabil. Sejak 1973 dunia banyak masalah, kayak biaya energi yang meningkat tajam, tingkat inflasi tinggi, pengangguran dimana-mana, stagnasi ekonomi, tingkat suku bunga tinggi dan beban hutang yang meningkat lebih cepat dibanding kemampuan mereka untuk mengembalikannya. Bahkan Indonesia juga ngerasin dampkanya yang hebat, buktinya pada tahun 80-an banyak kerusuhan kan.



Jadi intinya pembangunan itu ga gampang. Prosesnya kompleks, sulit buat dapat strategi pembangunan atau program bantuan yang sesuai. Karena masing-masing negara punya kondisi fisik, sosial, budaya, demografi, politis, ekonomis dan pengalaman historis yang berbeda-beda. Maka semua ahli dari berbagai disiplin ilmu harus terus kerjasama buat nyusun proyek dan strategi pembangunan yang lebih baik. Terutama kayak kita-kita yang bergelut di dunia perencanaan ini, harus serius nanggepin masalah pembangunan.
Terus ini kan baru nyampe 1985, mau tau gimana kelanjutan pembangunan sampe 2017? Nanti deh disambung lagi di lain waktu ya. Yang nulis udah capek mikiran masalah dunia, mau mikirin masalah akhirat pula. Bye:)
Share:

My Favorite Songs, From Duo Leessang

Sekarang ayo cerita soal musik. Ntah kenapa sekarang aku lagi suka musik yang genrenya hip hop. Ga tau juga sih sejak kapan. Dan yang paling bikin aku gila itu hip hop k-pop. K-pop? Iya, K-pop yang kepanjangannya Korean Pop (Iya tau, menurut ngana?). Yang racunin aku dengan dunia musik jenis ini tu duo Leessang. Itu lho yang rapper-nya salah satu ex-personil runningman, Kang Gary. Dengerin deh, gabungan melo-rapnya Gary dan suara serak-serak basahnya Gill nyatu banget. Namun yang bikin aku kecewa mereka baru aja mau bubar, tapi aku ga tau juga kelanjutan beritanya, semoga aja ga jadi. Hampir semua lagu-lagu mereka aku sering dengerin. Gaya musik yang mereka bawa itu beda dari yang lain, punya khas banget, dan aku suka. Nih penampakan mereka:


(Yang kiri Gary, yang kanan Gill)

Selain Leessang sebenarnya juga banyak grup hip hop K-pop lain yang aku suka, kayak MFBTY (My Fans Better Than Yours) yang personilnya Tiger JK, Yoon Mi-rae dan Bizzy, terus ada Dynamic Duo, GD and TOP personilnya Bigbang, Bobby ikon, Bewhy si rapper pendatang baru dan juga ex-2ne1 dan Black Pink yang isinya empat cewek-cewek cantik nan seksi yang berkumpul menjadi girlband dan pastinya musik mereka juga hip hop abis. Tapi secara aku paling sukanya Leessang, kita bahas Leessang dulu aja ya. Kalau dibahas semua ntar kebanyakan, capek nulisnya.

Banyak yang heran dengan selera musikku. Ngapain sih denger K-pop? Emang ngerti ama bahasanya? Cukup sering juga aku denger pertanyaan-pertanyaan semacam ini. Ya menurut aku ini cuma masalah selera aja sih. Terserah orang suka musik kayak apa, dan kebetulan aku sukanya musik yang kayak gini, jadi ga ada hal lebih lanjut yang bisa aku jelasin. Kalau masalah bahasa sih gampang aja, tinggal browsing terjemahan liriknya pasti ketemu, dan lumayan kan bisa belajar bahasa negara lain dikit-dikit. Pokoknya ditengah-tengah industri musik tanah air yang lagi lesu gini, lagu-lagu luar semacam ini cocok jadi alternatif deh (Ciee gitu...).

Menurutku lebih dari sekedar ngerti bahasanya, yang terpenting dari musik itu ya iramanya. Gabungan nada-nada dari setiap instrumennya yang saling menyatu dan cocok dengan lirik yang disampaikan penyanyinya. Jadi pas dengerin musiknya dari telinga bisa langsung nyentuh ke hati, tsaaah. Lagian lagu-lagu yang diciptain Gary ini ngena banget liriknya, cocok lah dengan kehidupan keseharian, percintaan dan proses anak muda dalam ngejar mimpi-mimpinya. Dari semua lagu-lagu mereka, berikut ini yang jadi favorit dan ada di playlist handphone-ku:

1. Ballerino (Album Black Sun, 2007)

Kata si Gary ini juga lagu favoritnya, udah.. percaya aja. Lagu ini nyeritain tentang gimana awkward-nya ketika baru pertama kali jalan sama cewek yang kita suka. Perasaan malu-malu dan salah tingkah gitu. Banyak momen indah bersama yang ga bisa terlupakan, walaupun akhirnya tetap harus berpisah jalan. Nyesek kan?
Dan menurutku lirik yang paling ngena banget yang ini nih (artiin sendiri aja ya):

"Love always ends with tears, but lingers in your heart. It blocks your path so you can never run away. Don’t forget the memories of our love. I’ll only be happy if you keep it in your heart forever."

Klik ini kalau mau baca lirik lengkapnya.
Terus ini nih video klipnya. Kalau kalian perhatiin, klipnya punya alur cerita horor dan serem gitu. Recommended banget buat kalian tontonin, coba deh:



2. Can't Breakup Girl, Can't Breakaway Boy (Album Hexagonal, 2009)

Nah, kalau lagu yang ini bercerita tentang sepasang kekasih yang udah saling ngelengkapin satu sama lain, udah cocok banget malah. Tapi sayangnya banyak cinta yang indah harus terpisah karena keegoisan. Di lagu ini Gary bercerita tentang si cowok yang selalu sibuk nyari duit sampai akhirnya si cewek ngerasa kesepian, dicuekin terus sih. Ujungnya? Ya putus. Buat kita yang udah memasuki umur 20an gini, pasti akrab lah sama yang beginian. Nih baca aja liriknya.
Di lagu ini menurutku yang jadi kalimat-kalimat mematikannya yang ini nih:

"My dreams became your future. A pair of beautiful birds chasing each other. A love I could never get enough of. A person I want to meet when reborn. But in front of this thing called time. We can’t win against our greed. Sounds of your tears alone in the bathroom. The suspicious gazes focused on me. As the days go by, I think of breaking up again."

Video klipnya juga bagus, alur cerita yang ditampilin sesuai banget sama lagunya, nih videonya:




3. My Body Erased You (Album Hexagonal, 2009)

Mau tau musik hip hop dan jazz kalau digabungin bakal jadi kayak apa? Denger lagu ini deh, bakalan dapat jawabannya sekaligus dapat juga galaunya. Lagu ini ceritanya tentang pasangan yang udah putus dan mengira kalau mereka udah lupa satu sama lain. Pura-pura bahagia dengan kehidupan sendiri gitu ceritanya. Tapi nyatanya ada momen-momen tertentu yang buat kita ga bisa lepas dari dia dan kita butuh kehadirannya. Pasti pernah gitu kan yang punya mantan? Ini nih liriknya.
Lirik ternyeseknya yang ini nih:

"Over a year my heart forgot you, but my body did not. Our love was more beautiful than the universe, once I loved you more than anything in the world. But now we just fill each other's loneliness during the night. Even though it's a perfect good bye without a single teardrop, why do I feel so sad? Good bye, a person I used to love. Good bye, a person that used to love me."

Lagu ini ga ada video klipnya. Tapi buat yang mau denger lagunya aja ada videonya  nih:




4. Carousel (Album Hexagonal, 2009)

Masih di album yang sama nih, Hexagonal. Dari album ini emang hampir semua lagunya bagus sih menurutku. Lagu ini ceritanya tentang cowok yang nyia-nyiain cewek yang mencintai dia apa adanya. Sampai akhirnya si cewek lelah dengan sifat nih cowok yang egois dan ga dewasa. Dan si cewek pergi ninggalin cowok ini. Akhirnya si cowok nyesal deh. Makanya kalau udah ada yang sayang jangan di sia-siain ya bro. Lagu ini liriknya juga pas banget buat orang yang baru putus, kayak gini nih:

"Love is a perfume, good only for a moment. A magic trick that suddenly fades away. Chains that then shackle me all night, suspecting me. I'm sick of it, but I can't live without it. I hate being trapped in love all the time. I hate being hurt, sacrificing my freedom. I wanted to escape, but I was trapped by love. I failed my live. That scar deepens and my heart's bitter. It's hard to breathe. After drinking entire night, I miss you again."

" I hope an earthquake would destroy the streets we walked together. I wish the restaurant we'd go together would go bankrupt and dissappear. I wish everyone of your friends would immigrate elsewhere. The sofa, the bed, and my car that we've spent together, I wished they'd burnt in flames. And then, would I finally be able to forget you? Would I be okay then? If I still can't, then would I have to hold on to you?"

Duh, patah hati emang harus segitunya yaa. Lagu ini kayaknya juga ga ada video klipnya. Tapi lagunya aja ada nih di bawah:


5. Turned Off The TV (Album Assura Balbalta, 2011)

Lagu ini kontroversial banget, sampai di banned di siaran-siaran tv korea karena kata-katanya dianggap terlalu vulgar. Tapi tetep aja banyak yang suka, sampe menangin penghargaan lagu hip hop terbaik di korea saat itu malah. Cerita lagunya asik buat yang udah nikah, buat yang belum sabar aja sambil denger lagunya ya. Lagunya tu tentang sepasang kekasih yang lagi nonton bareng, terus udah malam, terus tv-nya dimatiin deh, kelanjutannya? Ya rahasia dong. Ini liriknya, baca sendiri aja ya.
Nih buat bahan ngerayu pasangan nanti malem, ada contohnya di lagu ini:

"In my eyes, your body has the most beautiful lines than anything else. Your dark hair, I melt in it's scent. Sometimes I imagine things and I become greedy. When I watch tv, when I walk, I want you all the time. I can't suppress it, how can I just hold your hand? Don't sound so hard on me, you're the one who made me hard. I love you so much, I wannna give you my everything and have your everything. I wanna hug you closer, I wanna wet my body and pat your bottom"

Sedangkan videonya aman dan bagus kok. Klipnya kayak gambar-gambar yang digabung sampe jadi cerita gitu, kalau ga salah namanya slow motion yak. Nih klipnya nonton aja:

6. Pursuing The Happiness (Album Unplugged, 2012)

Kalau lagu ini ceritain tentang perjuangan mereka sebagai musisi. Gimana mereka nulis lirik dan ngerekam lagu sampai jam 3 pagi setiap harinya, padahal udah kerja selama 20 jam non-stop. Namun perjuangan mereka ga sia-sia, karena lagu mereka akhirnya laku di pasaran. Pokoknya cerita mereka dalam ngeraih mimpi ada di lagu ini dan bisa jadi motivasi buat kita-kita juga. Gini lirik yang keren dalam lagunya:

" If a great song is produced, even if my body wates away, I don't care if I get a mental desease. If a good track is produced, I don't care if I go crazy. The legend of this era. The acknowledgement of everyone. The bigbrother of music. These words are faraway from me but I scrunch up and write lyrics all night. I open my own door of happiness."

Video klipnya juga ngeliatin proses rekaman mereka, nih liat aja di bawah.



7. Tears (이단옆차기 프로젝트 (Idanyeopchagi Project) Vol.02)

Ini lagu tergalau dari mereka sepertinya. Judulnya aja Tangis (Tears), kurang galau apa coba. Buat yang baru putus cocok dengerin lagu ini sambil nangis sendiri di kamar. Cerita lagunya emang gitu soalnya, gimana sedihnya kita ketika baru putus, nangis di kamar, nangis di tangga, nagis di mobil, sampe nangis di depan rumah mantan juga ada di liriknya. Lengkap kan? Nih menurutku yang ternyesek dari keseluruhan liriknya:

"A life without love is like poverty, the only thing remaining is an empty room, you and I. We’re like day and night, which cannot be together. The only thing we split and shared is longing. Alone between narrow streets in tears. In case someone sees, I secretly shed tears. I try so hard not to become weak. My tears."

Langsung aja, nih video klipnya:



Masih banyak lagi sebenernya lagu Leessang yang aku suka, tapi udah capek ngetiknya. Udah dulu aja ya, lain kali kita sambung lagi soal musik. Bye :).


Leessang, Gary and Gill...





Share:

Sunday, March 12, 2017

Surat kepada langit


Kini kopi kita sudah menjadi dingin.
Padahal perbincangan kita belum terasa hangat.
Resah saat aku kehilanganmu.
Ada rindu yang tiada tahu kemana harus dituju.
Yang tersisa hanya sesal.
Kala harimu sudah terlalu senja,
Begitu telat aku beranjak dewasa.
Belum puas rasanya.
Pada masa-masa mudamu, akan masa-masa mudaku.
Terlalu cepat engkau berlalu ketika aku masih terlalu biru.
Ini sepucuk surat kepada langit.
Berisikan salam serta sisipan doa.
Sebagai sebuah pertanda,
Bahwa anak tak akan pernah lupa.
Share:

Friday, March 10, 2017

Balada cinta pertama bernama Ramona

Toko buku dan toko arloji mengapit sebuah cafe kecil di sudut kota berwarna dinding burnt sienna. Castle Street Cafe namanya. Berpintu kaca dengan tanda open tergantung di sisi dalamnya. Menandakan cafe tersebut sedang buka. Sedangkan pot yang dihiasi bunga alamanda merah muda berjejer di halaman sempit bagian depan. Ketika pintu dibuka, pelayan cafe merangkap barista dengan kemeja biru tua siap menyambut pelanggannya.
Hari itu adalah hari yang biasa, sebuah hari Selasa pada bulan tua, Oktober tepatnya. Suhu udara terasa beruap dan cuaca tampak mendung. Sebentar lagi hujan akan turun sepertinya. Suara lalu lalang kendaraan terlalu mengganggu telinga orang-orang yang melintas di pedestrian. Maklum cafe ini tepat di pinggir jalan. Belum lagi waktu menunjukkan sudah saatnya orang-orang kembali ke peraduan. Tuhan benar-benar menciptakan keramaian pada sebuah petang.

Benar saja, tidak lama waktu berselang turunlah sang hujan. Berlarian orang-orang di pinggir jalan untuk mencari tempat perlindungan, sedangkan bunga alamanda merah muda yang pasrah saja setiap kelopaknya dibasahi percikan hujan. Sesaat setelah itu terlihatlah seorang pria berkacamata yang berlari dari ujung jalan. Langsung membuka pintu cafe untuk menyelamatkan tubuhnya dari kebasahan.

Setelah menapak satu langkah dari pintu masuk, berdirilah pria tersebut. Tangan kanannya meraih kacamata dari wajahnya dan diusap dengan sapu tangan putih yang diambil dari saku celana. Sementara membersihkan kacamatanya yang tadinya basah, menolehlah ia kepada pelayan di sebelah kirinya. "Cappucino hangat ya," begitu katanya. Dengan sedikit anggukan, pelayan langsung mengerjakan minuman yang dipesan dengan cekatan.

Melanjutkan langkah, mata nanar si pria menyisir ke segala arah untuk mencari posisi duduk yang nyaman. Terhentilah langkahnya pada sebuah meja di sudut ruangan. Berposisi di pinggir kaca yang dapat menembuskan pandangan ke arah luar bangunan. Diletakkan saja di atas meja, tas satchel yang sedari tadi dibawanya. Sementara jaket hoodie hitam yang baru dilepasnya digantung pada sandaran kursi yang bersebelahan dengan posisi tempat duduknya.

Setelah duduk dengan tangan terlipat dan kaki yang diluruskan, matanya sejenak memandang ke arah badan jalan. Menanti berhentinya hujan karena hasratnya begitu ingin untuk pulang. Terasa sangat lelah dia dengan sibuknya pekerjaan. Belum lagi desain rumah salah satu kerabat dekatnya tidak kunjung terselesaikan. Padahal dia sudah berjanji pada akhir Oktober ini rancangannya akan diberikan. Dapat dipastikan niat arsitek muda ini untuk melanjutkan pekerjaan sepertinya akan kandas apabila dia telat pulang.

Hadirnya pelayan yang membawa minuman membuyarkan lamunan. Yang sedari tadi matanya tidak berhenti menatap luar jendela kini berpindah ke pelayan dan secangkir cappucino-nya. "Silahkan Tuan," kata si pelayan. Pria ini hanya membalasnya dengan senyuman. Kegundahan akan pekerjaan dan hujan sepertinya belum bisa lepas dari pikirannya yang tak karuan.

Disentuhlah tangkai cangkir keramik cappucino itu dengan kedua ujung jari. Diangkat dan sedikit ditiup agar tidak terlalu panas di kerongkongan. Ketika cangkir cappucino menyentuh bibir si pria, seketika pandangannya menjadi tegang. Buyar semua apa yang sedari tadi dia pikirkan. Bukan, bukan karena rasa cappucino-nya yang berbeda. Melainkan dia melihat sosok wanita yang tidak asing baginya. Mencoba membenarkan apa yang dia lihat, difokuskan lagi pandangannya ke meja yang berjarak lima langkah dari tempat duduknya. Hingga akhirnya yakinlah dia. Bahwa wanita tersebut ternyata memang cinta pertamanya. Cinta pertama yang telah lama hilang tetapi masih tersimpan jelas dalam ingatannya. Ramona namanya.

Seketika pria ini teringat lagi akhir percakapan mereka enam tahun silam. Sebuah percakapan yang berujung dengan berakhirnya hubungan yang panjang. Bukan percakapan langsung secara empat mata, melainkan percakapan yang dihubungkan melalui pesan singkat saja. Pesan-pesan singkat yang mampu mengakhiri hubungan yang terjalin selama empat tahun lamanya, tetapi tentu saja tidak sesederhana itu kedengarannya. Masih terekam jelas dalam ingatannya, seperti apa isi percakapan mereka.

Ramona: Kemana saja? Seharian aku menunggu kabarmu.
Pria berkacamata: Aku baru saja pulang dari kampus. Bukannya tidak ada kabarku, hanya terlalu sibuk sampai lupa kugunakan handphone-ku. Lagian juga tidak ada yang dapat aku kabarkan tentang keseharianku ini padamu.
Ramona: Kalau memang ada niatmu untuk menyapaku, sebenarnya banyak yang bisa jadi bahan ceritamu. Ceritakan ke aku mengenai keadaan kampusmu, atau tentang teman-teman barumu, bisa juga tentang perasaanmu yang jauh dari aku. Sekedar basa-basi buat aku yang seharian ini menunggu hadirmu. Hanya itu saja pun sudah cukup bagiku. Namun tak kunjung hadir namamu pada layar handphone-ku. Makanya tak tahan rasanya untuk bertanya dimana kiranya dirimu.
Pria berkacamata: Tapi bukankah semua itu sudah setiap hari aku ceritakan kepadamu. Kampusku yang selalu tenang, teman-teman baruku yang begitu menyenangkan, dan perasaanku yang jauh darimu menjadi sebuah beban. Hari ke hari semua sama, tak ada yang berbeda. Aku takut cerita ini akan membosankan, makanya aku kehilangan bahan yang menarik untuk diceritakan.
Ramona: Bukan ceritanya yang akan membosankan, hanya saja memang kamu yang sudah bosan menceritakan. Sesungguhnya sudah sejak lama aku rasakan sikapmu padaku terjadi perubahan, hanya saja tidak pernah aku ungkapkan.
Pria berkacamata: Aku tidak berubah maupun bosan. Bukan kah kamu tahu bahwa aku ini bukan orang yang banyak bercerita hal-hal yang bersifat keseharian. Aku ini cenderung menjadi orang yang mendengarkan. Bedanya dulu aku selalu ada didekatmu, bahkan hampir setiap hari kita bertemu. Tanpa perlu aku ceritakan kepadamu, kamu sudah tahu keseharianku. Sudahlah, tidak perlu disimpan gundahmu itu, bila memang ada yang penting menurutku, pastilah sudah datang kabarku kepadamu.
Ramona: Lantas bagaimana dengan aku yang lelah menunggu kabarmu? Apakah aku tidak menjadi sesuatu yang penting bagimu? Sepertinya jarak ini memang sudah membuat aku menjadi tidak ada dalam hidupmu.
Pria berkacamata: Lantas aku bisa apa? Aku memang kalah dengan jarak kita. Sehingga yang menjadi jauh bukan hanya raga saja, tetapi rasanya hati juga. Tidak melihatmu disekelilingku seperti biasanya membuat aku sibuk dengan kesendirianku. Hingga akhirnya perlahan aku lupa bahwa ada kamu yang menungguku.
Ramona: Kalau sudah tiada lagi pedulimu padaku, apalah guna aku menunggu kabar darimu setiap waktu. Seandainya dari dulu kamu katakan padaku, mungkin hari-hariku tidak akan dipenuhi rasa penasaran terhadapmu. Mengapa tidak kamu tinggalkan saja aku? Bukankah sudah cukup alasanmu untuk memutuskanku.
Pria berkacamata: Seandainya saja ada sedikit rasa sabarmu untuk tidak memancingku, mungkin kata sejahat itu tidak terucap dari mulutku. Sekarang memperbaiki kesalahanku pun sudah terlalu terlambat bagiku. Hatimu sudah sangat terluka karena sifatku. Baiknya hentikan saja kamu menunggu. Karena untuk sementara tak kan ada lagi aku dalam hidupmu. Aku akan meneruskan jalanku dan kuharap kamu lanjutkanlah jalanmu. Bila memang sudah saatnya kita bertemu, tak akan malu aku memintamu kembali kepadaku. Karena belum ada mimpiku untuk meminang wanita selain kamu. Namun bila bukan aku yang menjadi labuan hatimu, aku ikhlaskan kebahagiaanmu tanpa hadirku.
Ramona: Aku pun tidak mungkin terus menunggu pria yang tidak memiliki pendirian sepertimu. Jangan salahkan aku bila nanti gaun pengantinku tidak kupakai untuk bersanding denganmu. Aku harap tidak timbul penyesalanmu karena tidak mampu menahanku. Selamat tinggal buat kamu yang telah menyia-nyiakan hatiku.

Semenjak malam itu, tidak pernah lagi ada komunikasi diantara mereka. Rasa gengsi dan sakit hati sudah lebih besar daripada kerinduan yang mereka rasa. Bahkan sudah dikeraskan hatinya untuk menghapus segala jalur komunikasi yang ada. Agar bisa membuat mereka saling lupa. Tetapi hal yang tidak dapat dipungkiri adalah si pria tidak pernah bisa melupakan Ramona. Apa yang dikatakannya lewat pesan malam itu hanya dibumbui oleh ketidakdewasaannya saja. Tidak pernah sekalipun si pria memiliki atau mencari hubungan yang baru selain Ramona. Hingga akhirnya dia lupa dengan kesendiriannya karena segala rutinitas dan kesibukan hari-harinya.

Hari ini, tepat di umur 30 tahun dalam hidupnya dia dikejutkan dengan hadirnya sosok Ramona tepat dihadapan matanya. Bahkan hujan yang sudah berhenti sedari tadi tidak dihiraukannya. Hilang sudah hasratnya untuk segera pulang. Kepalanya seperti memutar kembali setiap kenangan yang terjadi antara dia dan Ramona. Selain jarak yang memisahkan mereka, sebenarnya tidak ada yang kurang dari sosok Ramona. Selain baik dan juga cantik, Ramona adalah sosok yang cerdas dan pengertian. Selain itu fisiknya yang tinggi, berambut panjang dan berkulit putih sudah sangat sesuai dengan tipe ideal yang diharapkan si pria. Hanya ketakutan si pria terhadap komitmen dan tidak ingin menahan Ramona dalam genggamannya yang membuat mereka terpisah. Dapat dipahami saat itu umurnya sudah matang dan dia juga belum bekerja karena sedang melanjutkan studi S2-nya. Tidak ada yang dapat dijadikan modal untuk mempertahankan Ramona agar tetap berada disisinya.

Si pria teringat kembali dengan perkataannya lewat pesan singkat pada malam itu. "Bila memang sudah saatnya kita bertemu, tak akan malu aku memintamu kembali kepadaku." Maka setelah terkumpul segala keberaniannya, dilangkahkanlah kakinya menuju Ramona. Entah mengapa lima langkah ini merupakan lima langkah terjauh yang pernah dirasakan seumur hidupnya. Hingga akhirnya berdirilah ia tepat disamping Ramona yang saat itu sedang sibuk dengan handphone dan aplikasi chatting-nya. Dengan suara lirih yang dipaksa untuk keluar dari bibirnya, "Maaf, Ramona ya?" begitu sapanya. Ramona pun terkejut, terlihat dari handphone yang tiba-tiba terlepas dari genggaman tangannya dan sedikit terhempas ke atas meja. Seakan tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya, "Sandi?!" hanya itu yang terlontar dari bibir Ramona.

Setelah itu mereka bertukar sapa dengan canggungnya.
"Bagaimana kabarmu? Sepertinya masih saja secantik dahulu, "kata Sandi si pria berkacamata.
Mencoba menenangkan rasa terkejutnya, Ramona menjawab, "Alhamdulillah baik dan tetap cantik seperti kelihatannya, kalau kamu?" tanya yang diikuti senyum termanisnya.
"Aku juga baik, tetapi tidak terlalu tampan." Katanya sedikit bercanda.
"Boleh aku duduk?"
"Silahkan."
Sandi pun menarik kursi yang berhadapan dengan Ramona seraya duduk dan melanjutkan percakapan.
"Lama tak kudapat kabarmu, ternyata kita ada di kota yang sama."
"Aku hanya sebentar, sekedar untuk liburan dan jalan-jalan saja. Aku juga tidak tahu kalau kamu ada disini, kebetuan sekali kita bertemu di dunia yang luas dan cafe sekecil ini"
"Aku bekerja di dekat sini dan tempat tinggalku hanya beberapa blok dari cafe ini. Tidak ada yang namanya kebetulan, sepertinya Tuhan sedang bercanda dengan hujan dan kita berdua."
"Kata-katamu masih saja sok puitis seperti dahulu. Tak bisa lagi aku termakan gombalanmu. Aku sudah tahu kalau kamu itu hanya pujangga palsu." Dengan candaan ini Ramona mulai mendapatkan lagi rasa terbiasa  dengan adanya Sandi disisinya yang sebelumnya sudah lama terlupa.
"Bukankah pujangga palsu ini yang sebelumnya pernah menghancurkan hatimu?" Perkataan Sandi ini memecahkan tawa dari mulut mereka berdua.
"Ternyata kamu memang Sandi yang aku kenal. Kamu tahu? Aku belum bisa memaafkanmu yang meninggalkan aku dengan cara seperti itu."
"Apakah waktu belum bisa menyembuhkan luka di hatimu? Kalau belum, terimalah permintaan maafku."
"Iya aku maafkan. Setelah membuat aku patah hati, ada berapa wanita lagi yang kamu patahkan hatinya hah?"
"Tidak banyak, mungkin ada sekitar 23 Ramona lagi diluar sana yang menyumpahiku untuk menjadi perjaka tua karena sudah menyakiti hati mereka."
"Dasaaar!!" jawab Ramona yang paham kalau Sandi sedang bercanda.
Sesaat Sandi sangat menikmati kehadiran Ramona lagi dalam hidupnya. "Oh iya, siapa yang menemanimu kesini? Kalau memang jalan-jalan tidak mungkin kamu sendiri." Tanya Sandi penasaran.
Wajah Ramona mendadak serius, "Sebenarnya aku..."

Tidak sempat Ramona mengakhiri perkataannya, seseorang hadir dan baru saja masuk melalui pintu kaca. Berkemeja santai dengan setangkai bunga alamanda merah muda ditangannya. Tentu saja bunga itu untuk Ramona. Dengan senyum yang terlontar dari sang pria, Ramona pun membalasnya. Cincin yang melingkar di jari manis Ramona yang sedari tadi luput dari pandangannya akhirnya terlihat juga. Ada rasa terkejut yang ditutup-tutupi dengan senyum palsu diwajahnya. Sandi seperti hilang kata-kata. "Aku kesini dengan dia, Suamiku." begitu kata Ramona.

Image Source
Share:

Wednesday, March 8, 2017

Ironi

Image By Denise Kwong
Mentari terbit dari samudera hatimu.
Dibalik bukit sendu matamu
Pada suatu pagi yang biru.
Sesaat aku berteduh di bawah rindang senyummu.
Terlena aku dalam sejuk duniamu
Hingar bingar yang semu.
Hingga akhirnya,
Matahari tenggelam dalam air mataku
Ketika fajar telah berlalu.
Dan aku hilang dari ingatanmu.
Share:

Tuesday, March 7, 2017

Berkaca dari film "You are the apple of my eye"

Aku teringat sebuah film yang begitu menyentuh. Sebagian besar dari kalian juga pasti pernah menonton film tersebut. Sebuah film mandarin yang berjudul "you are the apple of my eye." Menceritakan hubungan sepasang remaja mulai dari masa sekolah sampai mereka beranjak dewasa. Bagaimana mereka mulai dekat satu sama lain dan bersama menjalin cinta, hingga akhirnya harus terpisah juga. Bagi yang mengharapkan sebuah akhir cerita bak dongeng dimana tuan putri dan sang pangeran akan bersatu dan hidup bahagia selamanya, tentunya tidak akan didapatkan pada film ini.

Sumber: https://helsaputraab.files.wordpress.com/2014/09/wpid-501916d9be153.jpg

Bukan untuk mereview film yang menjadi tujuan utama tulisan ini. Namun hal yang menarik bagiku adalah kisah hidup yang dapat ditangkap didalamnya. Cerita keseharian yang begitu dekat dengan kita yang pernah memiliki hubungan asmara. Mengingatkan kita bagaimana indahnya merasakan jatuh cinta. Hadirnya penyemangat yang menjadi motivasi untuk belajar demi hidup yang lebih baik. Atau bahkan sesekali melakukan kenakalan kecil hanya untuk dinikmati berdua. Saling berbagi contekan atau mencari-cari alasan agar bisa pulang telat dan ngelayapan berdua misalnya. Begitulah kira-kira indahnya cerita cinta pada masa muda yang sangat pas digambarkan di film ini.

Namun ketika sepasang pria dan wanita mulai beranjak dewasa, cinta bukanlah sesuatu yang mudah untuk dipertahankan. Lebih dari sekedar untuk bisa bersama, banyak hal lain yang menjadi prioritas dan mau tidak mau harus dipikirkan. Langkah-langkah dalam menyambut masa depan yang harus dipersiapkan matang-matang. Kapan lulus kuliah? Kapan dapat kerja? Kapan hidup mapan? Kapan akan menikah? Kapan punya rumah? Dan seribu pertanyaan kapan lainnya pasti selalu meneror dua orang dewasa yang sudah waktunya untuk menetapkan pilihan.

Biasanya permasalahan utama terdapat pada pria yang kelak akan menjadi penopang rumah tangga. Hal-hal semacam ini sudah menjadi kewajiban yang harus dipertanggung jawabkan dalam menjalin sebuah hubungan yang serius. Masalahnya semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk dipersiapkan dengan matang. Belum lagi waktu yang terus mendesak karena faktor umur yang semakin bertambah. Sedangkan belum ada jaminan yang bisa dijadikan pegangan untuk masa depan. Dalam hal ini biasanya selalu ada orang yang mengatakan bahwa rezeki itu datangnya dari Tuhan. Namun tetap saja butuh keberanian besar dan kenekatan untuk bertanggung jawab terhadap kehidupan calon pasangan dan anak yang akan dibesarkan. Akan bahagiakah mereka? Sudah cukup dewasa kah kita?

Di lain sisi aku juga cukup memahami bagaimana posisi seorang wanita. Hanya bisa menunggu kapan si pria mampu meminangnya dan membawanya hidup bersama. Dan aku juga tahu bahwa menunggu itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Namun apalagi yang bisa dilakukan seorang wanita selain menunggu? Belum lagi stereotipe masyarakat yang menganggap bahwa bagi seorang wanita yang telat menikah adalah sesuatu keadaan yang sangat menakutkan. Ketika tidak ada pilihan lain persis seperti yang dikisahkan pada film ini, sosok wanita akhirnya melabuhkan hatinya pada pria lain yang lebih siap karena terlalu lelah menunggu kepastian.

Tentunya bukan hanya aku yang tidak senang karena dua tokoh utama dalam film ini tidak berujung bersama. Andai saja sang wanita bisa sedikit bersabar dalam menghadapi ketidakdewasaan si pria. Ataupun andai saja si pria mau sedikit lebih berusaha untuk lebih cepat memberikan kepastian kepada si wanita yang sudah lama menunggunya. Pasti mereka akan dapat hidup bersama dan bahagia. Namun ya begini lah kisah hidup yang sebenarnya. Tidak selamanya apa yang kita harapkan akan menjadi nyata.

Kesimpulanku sebagai pria, bukannya tidak mau berusaha atau terlalu telat dewasa. Hanya saja aku memegang teguh prinsip bahwa sesuatu itu apabila memang tidak mampu ya tidak baik untuk dipaksakan. Bukankah yang terpenting adalah kebahagiaan? Belum tentu tidak bersamanya hidup kita menjadi tidak bahagia. Dan belum tentu juga di masa depan apabila kita bersamanya kita akan bahagia. Yang terpenting itu keikhlasan dalam menerima kelemahan dan rela melepaskan. Hingga akhirnya yang bisa kita lakukan hanyalah tersenyum ketika melihat dia bahagia. Meskipun bukan kita yang membahagiakannya.
Share:

Monday, March 6, 2017

Gadis di malam itu..

Sumber: http://data.whicdn.com/images/46624943/large.jpg

Hei, apa kabar? Masihkah kamu secantik malam itu? Aku yakin masih. Waktu tidak mungkin bisa menghapus senyum indah di wajahmu. Aku harap tetap abadi seperti yang tersimpan dalam memori otakku. Aku tahu, kamu tidak pernah mengenalku, apalagi mengingatku. Namun tak masalah, cukup hanya aku yang mengingatmu. Aku ini pria sederhana, hal-hal kecil seperti ini sudah cukup membuatku bahagia. Dengan mereka-reka sorot mata dan sibakan rambut pendekmu misalnya.
Ketika hujan turun dan malam semakin larut, aku selalu mengingat suasana ini. Suasana saat pertemuanku denganmu. Seperti ini lah yang tergambar pada kisah kita malam itu. Oh maaf aku salah, kisahku maksudnya. Bukankah hanya aku yang menikmatinya? Otakku seperti tidak mampu menghapus memori yang terlalu indah ini. Bagaimana mungkin sesosok bidadari pernah muncul di hadapanku. Aku sadar bahwa kamu juga manusia sepertiku, hanya saja bagiku kamu disebut manusia karena tak bersayap saja. Sedangkan kecantikan di wajahmu sudah sekelas bidadari adanya.

Seperti biasa aku duduk sendiri di sudut cafe yang menjadi tempat persembunyianku. Mengisi malam yang begitu sunyi di "kota kembang" kala itu. Tiba-tiba kamu pun datang dengan indahnya dan menyilaukan mataku. Tanpa ragu kamu memilih meja yang berada tepat di hadapanku, betapa beruntungnya aku. Siluet sisi kanan tubuhmu begitu menyiksa jantungku. Seakan memandang lukisan Pablo Picasso, setiap detail sudut wajah dan tubuh indahmu menembus kornea mataku. Aku pun terdiam membisu.
Seketika waktuku berhenti berputar, pandangan mataku tak mampu teralihkan. Sungguh memiliki kesempatan untuk melihatmu merupakan sesuatu yang tidak ingin aku lewatkan. Namun ketika aku tersadar, sesekali ku tundukkan wajah ini. Mencoba menemukan kembali kewarasan diriku yang sejenak menghilang. Dalam waktu sepersekian detik, aku menggilai dirimu dan bersiap menanti hadirmu dalam mimpi-mimpiku. Sayang, aku jarang bermimpi karena sulit tidur semenjak bertemu denganmu.

Sepertinya kamu tidak sadar ada orang yang terus menatapmu, aku. Karena saat itu kamu begitu menikmati waktu bersama temanmu dan berbincang dengan seru. Kalian terlihat akrab satu sama lain. Namun wanita berbaju garis-garis hitam putih itu lah yang mencuri pandanganku. Dan itu kamu. Sebenarnya ingatanku lemah dan aku bukan tipe orang yang suka memperhatikan orang lain. Tetapi anehnya aku bisa ingat kalau celana skinny jeans biru dan sepatu sneakers putih itu sangat cocok untukmu. Apa perlu aku sebutkan juga ukurannya? Sayangnya aku belum terlalu handal dalam menebak ukuran sepatu.

Ada perasaan menggebu dalam dadaku. Ingin mengajakmu berkenalan. Mana tahu ada kesempatan bagiku untuk bisa dekat denganmu. Atau hanya sekedar berjabat tangan dan merasakan kulit lembutmu, atau sekurang-kurangnya lagi terucap siapa gerangan namamu dari bibir itu. Namun tak kunjung hadir juga keberanianku. Padahal kamu hanya berjarak lima langkah dari posisiku, tetapi terlalu gemetar lutut kakiku. Aku tak mampu. Aku ini pria yang masih punya rasa malu. Walaupun rasa sukaku padamu sudah merusak sebagian kinerja otakku.

Sebagian diriku takut dengan waktu yang terus berlalu, belum siap aku terima kepergianmu. Bahkan namamu saja aku belum tahu. Aku cicipi lagi rasa cappucinoku yang menjadi beda dari malam-malam sebelumnya. Ada sedikit gelisah yang tercampur dengan pahit dan manisnya. Terus terang ini pertama kalinya bagiku, menyukai seseorang saat pertama bertemu. Sesekali aku usap kacamataku untuk memastikan kalau kamu memang seindah itu. Aku kira cinta pada pandangan pertama hanya di drama tv adanya. Ataupun kecantikan gadis Bandung itu hanya mitos belaka. Namun setelah melihatmu seketika terpatahkan apa yang aku percayai sejak dulu. Tetapi aku juga tidak ingin terlalu cepat percaya dulu, mungkin saja karena gadis itu kamu. Ya, sepertinya ini lebih dapat dipercaya, hal ini terjadi padaku karena gadis itu kamu.

Tidak begitu lama semenjak kehadiranmu mengusikku, apa yang aku takuti pun terjadi juga. Kamu mulai mengakhiri pembicaraan dengan temanmu dan bersiap-siap untuk beranjak dari tempatmu. Aku tidak tahu mengapa empat jam waktu bisa berlalu begitu sesaat. Padahal penasaranku padamu belum sepenuhnya terobati. Aku sesali ketidakmampuanku untuk mencari jawaban atas kegelisahanku ini. Dan seiring itu kau pun beranjak pergi. Semakin mengecil gambaran punggungmu menjauhiku dan hilang menjadi bayang semu. Aku kembali terdiam membisu.
Semenjak malam itu, sengaja aku hadir lagi di cafe yang sama dan di sudut yang sama pada malam-malam berikutnya. Mana tahu ada kamu lagi, dan sudah terkumpul keberanianku. Atau biarkan aku sekedar menikmati memandangmu dari kejauhan lagi seperti dahulu. Namun tak pernah lagi aku lihat hadirmu, padahal aku selalu menunggu. Menyesal juga mengapa aku tidak diam-diam mengambil fotomu. Meski dari jauh sekalipun setidaknya dapat menjadi pertanda bahwa hatiku pernah jatuh berhamburan di momen itu. Kegelisahanku malam itu membuat aku tidak bisa berpikir jernih. Tapi tidak apa lah, hal ini lebih indah aku bayangkan lewat imajinasiku saja. Seandainya saja aku tahu namamu, mungkin tidak begitu sulit bagiku untuk melepasmu. Namun senyum tetap bermekaran di bibirku, ketika sesekali aku mengingatmu. Gadis dimalam itu.
Share:

Aku, kamu dan waktu yang berlalu




Dulu aku bingung harus memulai dengan kata apa untuk sekedar menyapa.
Kecanggungan antara kita pun semakin menjadi-jadi saja.
Harus memutar otak untuk mencari pokok pembahasan yang tidak biasa, yang dapat membunuh kebosanan dalam hubungan kita.
Namun ketika datang kabarku, marah balasmu.
Kamu bilang sudah terlalu lama menunggu.

Sepertinya memang aku yang salah, berfikir terlalu lama.
Dan jarak ini akhirnya membuat aku kalah juga.
Kini banyak cerita yang ingin aku sampaikan. Keluh kesah yang harus aku luapkan.
Semua ini mengingatkanku padamu.
Hanya saja kamu bukan lagi yang menunggu, bukan juga yang aku tuju.


Share:

Kopi dan Haru

Seperti biasa aku selalu menikmati kopi sendiri di warkop ini, warkop transit namanya. Waktu berlalu tidak terlalu lama semenjak kedatanganku. Bahkan kopi ini baru ku hirup belum sampai seperempat cangkirnya. Tiba-tiba telepon genggamku berbunyi lirih. Pertanda ada pesan yang masuk. Tidak biasa rasanya seseorang menghubungiku lewat sms, karena sudah banyak alternatif lain untuk mengirim pesan. Dengan sosial media dan internet yang berbiaya gratis tentunya.

Aku sentuh logo pesan di hp-ku dan terlihat satu pesan dari "mamak". Ya, itu panggilan yang sedari kecil sampai sekarang aku gunakan untuk memanggil ibuku. Wajar beliau mengirim pesan lewat sms, karena dunia sudah terlalu maju baginya. Internet dan segala hal yang berhubungan dengannya sudah menjadi sesuatu yang asing. Bisa dikatakan telepon genggamnya masih seangakatan dengan nokia 3310 yang masyhur itu.

Aku buka pesannya. Rangkaian tulisan pada pesannya tersusun sebagai berikut, "Mama ada kirim uang, coba di cek. Mudah-mudahan peluang rezeki dan masa depan anak mama selalu terbuka. Kejar terus karir dan cita-cita sayang nak. Manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jangan lupa bermohon kepada Allah setiap waktu sayang." Sungguh aku sangat bahagia. Bukan karena kiriman uangnya (ini bohong sih), tetapi lebih karena do'a yang selalu terucap dari bibirnya yang tak pernah lelah untuk dia panjatkan bagiku dan kedua adikku. Aku begitu bersyukur memiliki ibu seperti beliau. Apabila aku mempercayai adanya reinkarnasi, aku akan tetap memilih dia menjadi ibuku dibandingkan seorang Victoria Beckham ataupun Angelina Jolie sekalipun. Namun aku seorang muslim, dan reinkarnasi itu tidak ada dalan agamaku.

Setelah membaca pesannya, ini balasanku, "Amin, terimakasih mamak selalu doain Deddy, semoga tercapai apa yg kita minta dan cita-citakan.. semoga Mamak selalu sehat disana.. Amin Amin.." Jarang bagiku untuk mengirim pesan seserius ini, karena canggung rasanya. Tetapi entah mengapa pesan ini terkirim juga. Mungkin aku sedang sensitif karena lagi kehabisan uang atau PMS. Oh sejenak aku lupa kalau aku seorang laki-laki. Maafkan.

Tidak begitu lama setelah itu, hp-ku pun berdering lagi. Masih dari ibuku yang membalas pesanku. Katanya, "Setiap saat sayang, ketiga anak mama selalu dalam doa mama sayang nak." Mataku mulai berkaca-kaca. Aku tahan sekuat tenaga agar tidak hujan dipipiku. Tidak mungkin aku meneteskan air mata didepan orang-orang yang tidak mengenalku di warkop ini. Pasti aneh dan malu rasanya. Aku sudahi percakapan via sms dengan ibuku, aku tidak mau suasasa menjadi semakin kelabu. Aku memutuskan tidak membalas smsnya lagi untuk hari ini.  Dan tidak aku tidak menyangka sore ini kopi pahitku bercampur dengan rasa haru.
Share: